Senin, 02 Juli 2012

Manusia Dan Harapan


·         Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, baisanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kamempuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatau harapan tergantung pada usaha orang yang mempunya harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintar. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umunya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Menurut kodratnya manusia itu adalah makhlik sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga dan anggota masyarakat lainnya. Ada dua hal yang mendorong manusia hidup dalam pergaulan manusia lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Menurus Maslow sesuai dengan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan kodratnya garapan manusia atau kebutuhna manusia itu adalah :
1.       Kelangsungan hidup
2.       Kemanan
3.       Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
4.       Diakui lingkungan
5.       Perwujudan cita-cita

·         Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal –hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Kebenaran atau benar amat penting bagi manusia. Setiap orang mendambakannya, karena ia mempunyai arti khusu bagi hidupnya. Ia merupakan fokus dari segala pikiran, sikap dan perasaan. Dalam tingkah laku, perbuatan manusia selalu hati-hati agar mereka tidak menyimpang dari kebenaran. Manusia sadar bahwa ketidakbenaran dalam bertindak, berucap dapat mencemarkan atau menjatuhkan namanya.
Dr. Yuyun suriasumantri dalam bukunya filsafat ilmu mengemukakan tiga teori tentang kebenaran :
1.         Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan ernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya setiap manusia pasti mati. Paul manusia, Paul pasti mati.
2.         Teori korespodensi; teori yang menyatakan bahwa suatu pernyataan benar bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondesi (berhubungan dengan) objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3.         Teori pragmatis; kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran, sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1.       Kepercayaan pada diri sendiri
2.       Kepercayaan pada orang lain
3.       Kepercayaan pada pemerintahan
4.       Kepercayaan pada Tuhan

·         Artikel

             Harapan adalah sesuatu yang diinginkan seseorang terjadi pada masa depannya. Harapan, menurut saya bisa juga dikatakan sebagai penggerak kehidupan kita, karena untuk mewujudkan harapan tersebut, manusia harus berusaha sekuat tenaga untuk menjadikannya sebagai kenyataan di masa depan. Karena sesuatu tidak akan langsung terwujud begitu saja jika manusia tersebut tidak berusaha untuk meraihnya. Harapan haruslah realistis dan fleksibel. Realistis maksudnya tidak terlalu jauh dari kehidupan nyata yang dijalani oleh orang tersebut. Dan juga harapan harus fleksibel, bisa berubah seiring dengan berubahnya realita yang terjadi di kehidupan nyata. Agar harapan bisa terwujud sesuai dengan yang diinginkan, maka harus mempunyai kedua sifat diatas.
         Harapan yang tidak realistis bukan lagi disebut sebagai harapan, tapi bisa dibilang itu hanyalah imajinasi semata. Karena harapan itu tidak akan bisa terwujud. Sedangkan harapan yang tidak fleksibel, maka harapan itu malah akan membuat kita terbebani dan menjadikannya “harus” terwujud dengan hanya melihat 1 jalan saja, hal ini bisa membuat seseorang tertekan dengan harapan itu, dan bisa-bisa malah jadi penghalang untuk kehidupan di masa depannya. Padahal untuk mewujudkan harapan, sebut saja harapan A, tidak lah harus melalui jalan A, tapi bisa juga melalui jalan yang lainnya. Maka dari itu harapan haruslah bersifat fleksibel jika kita tidak mau seperti contoh artikel diatas.

(sumber : http://ocw.gunadarma.ac.id/course/psychology/study-program-of-psychology-s1/ilmu-budaya-dasar/manusia-dan-harapan)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar