Sebelumnya saya pernah membaca
sebuah tulisan tentang pengibaratan kehidupan ini. Akan menjadi hal yang
menarik bila saya membagi sepenggal kisah dari tulisan tersebut. Selamat
membaca dan semoga bermanfaat.
Suatu ketika ada seseorang yg
membawa toples besar, bola-bola golf, batu-batu koral, pasir, dan seduhan dua
cangkir kopi. Pertama-tama bola-bola golf tersebut dimasukkan ke dalam toples, sehingga
toples pun penuh dengan bola-bola golf. Lalu ia menuangkan batu-batu koral ke
dalam toples berisi bola-bola golf tersebut. Ruang-ruang kosong dalam toples
pun terisi oleh batu-batu koral. Kemudian orang tersebut memasukkan pasir ke
dalam toples. Ruang-ruang kosong yg masih ada pun terisi penuh oleh pasir
tersebut. Dan yang terakhir, ia menuangkan seduhan dua cangkir kopi ke dalam
toples. Hasilnya, toples tersebut benar-benar padat, terisi penuh tanpa ada
ruang yang tersisa.
Toples besar mewakili kehidupan
kita. Bola-bola golf diibaratkan hal-hal besar yang dikaruniai oleh Tuhan untuk
kita, seperti keluarga, anak-anak, teman, maupun sahabat. Jika segala sesuatu
hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidup kita akan tetap penuh. Selanjutnya,
batu-batu koral diibaratkan hal-hal lain
seperti pekerjaan kita, rumah, ataupun mobil. Sedangkan pasir diibaratkan
hal-hal lainnya lagi yang berupa hal-hal sepele.
Jika kita pertama kali memasukkan
pasir ke dalam toples, maka toples akan penuh dan tidak ada lagi ruang untuk
bola-bola golf ataupun batu-batu koral. Hal yang sama juga akan terjadi pada
kehidupan kita. Jika kita banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang sepele,
maka kita tidak akan mempunyai waktu untuk hal-hal penting bagi kita. Jadi,
berikan perhatian pada bola-bola golf terlebih dahulu, yaitu hal-hal
yangbenar-benar penting bagi kita. Baru yang terakhir kita urus pasirnya. Yang
terpenting adalah utamakan prioritas kita.
Sejauh ini bila pembaca merasa
ada satu hal lagi yang masih kurang, maka akan timbul sebuah pertanyaan, lalu seduhan dua cangkir kopi itu
diibaratkan sebagai apa? Sebenarnya itu untuk menunjukkan kepada kita bahwa
sekalipun hidup kita tampak sudah begitu penuh, tetap selalu tersedia tempat
untuk secangkir kopi bersama sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar